Kamis, 04 Desember 2008

Gerakan Eksistensialisme Kaum Muda

Eksistensialisme mengkritik masyarakat modern yang terlalu bersikap optimis terhadap kemajuan peradaban. Masyarakat modern semakin jaduh dari nilai martabat dan hak manusia. Orang mengejar prestasi produktivitas.

Dunia produksi dengan dunia konsumsi tidak memiliki persentuhan nyata, sehingga masyarakat mampu memproduksi tetapi tidak mampu menikmati. Sebaliknya, masyarakat yang mampu menikmati tetapi tidak menghasilkan. Produksi yang menumpuk dan konsumsi yang berlebihan bukanlah kenyataan yang sebenarnya.

Kaum muda merasakan situasi ini sebagai pengalaman konkret kehidupan sehari-hari. Mengamuknya massa dalam pertunjukan musik, keberingasan pelajar dalam tawuran massal, pertunjukan teater mahasiswa yang radikal. Ini adalah protes dan wujud frustasi mereka terhadap sitausi sosial yang ada.

Dengan situasi yang sesak ini mendorong kaum muda mengekspresikan dirinya. Ekspresi ini muncul sebagai upaya menunjukkan kebebasan individu. Salah satunya lewat seni sebagai ekspresi individual. Kesenian model ini mencerminkan idenitas pencipta seni dan membuka cakrawala baru dalam dunia seni yang berbeda dengan kesenian tradisional yang bersifat anonim.

Inilah salah satu wujud gerakan eksistensial kaum muda. Kaum muda menjadi subyek terhadap pemikirannya, bukan lagi obyek yang bersifat impersonal dan abstrak. Kaum muda mengekspresikan dirinya secara konkret dan sungguh dekat dengan kehidupan nyata mereka.

Rabu, 03 Desember 2008

Masifikasi dan Kolektivisme [SK]

Kehilangan identitas atau menyembunyikan identitas individu dibalik identitas umum merupakan hal yang sangat dikhawatirkan SK. Hal ini menghilangkan ketunggalan pribadi manusia karena membuang individualitas, perbedaan-perbedaan pribadi, maupun penghayatan masing-masing subyek. Pribadi akan tergabung dalam pendapat-pendapat massa, sehingga pribadi menjadi terasing akan dirinya sendiri, teralienasi, dan tidak menjalani eksistensinya secara sejati. Ini merupakan pertarunggan melawan masifikasi, pertarungan menjadi massal, ini merupakan tirani kesamaan. Semua orang harus sama dan sependapat atas nama kolektivisme.

Massa atau kolektivitas, manusia bukan saja dirampas ketunggalannya, tetapi juga direduksi menjadi fraksi bahkan berkurang kesadaran tanggungjawabnya atau melemah rasa tanggung jawabnya diantara kerumunan itu. Manusia melupakan makna eksistensi dan lupa pentingnya mawas diri.

SK akhirnya menyatakan bahwa Subyektifitas merupakan Kebenaran Pertama. Dasar bagi eksistensi pribadi. Subyektifitas adalah TUGAS bagi setiap manusia.

"...becoming subjective is the task proposed to every human being."

Mengada sebagai manusia bukan hanya fakta, lebih dari itu. Eksistensi adalah tugas bagi manusia. Eksistensi itu dijalani dengan kesejatian sehingga tidak semu, sehingga menjadi sesuatu yang etis dan religius. Eksistensi itu disertai tanggung jawab- bukan seperti berlindung dibalik kedok massa. Jadi eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan serta bertindak atas tanggung jawabnya sendiri.

Publik massa adalah abstraksi dan bukan realitas. Yang berbahaya adalah ketika publik dianggap nyata. Misal, rakyat.... pertanyaannya rakyat yang mana?

"Publik, yang merupakan segala-galanya dan sekaligus ketiadaan, adalah kekuatan paling berbahaya dan yang paling berarti: orang bisa berpidato kepada seluruh bangsa atas nama publik, tetapi bagaimanapun publik adalah kurang artinya dibandingkan dengan seorang manusia tunggal, betapapun ia tak penting."

Orang sering berusaha untuk diperhitungkan dengan masuk dalam kelompok atau menggalang kekuatan bersama. Ini adalah bukti bahwa orang demikian tidak mampu untuk tampil sendiri secara berarti. Mengandalkan kekuatan massa adalah kelemahan etis.

Merupakan kekeliruan bila individu bergabung dalam suatu kelompok karena gagal tampil dengan kesejatiannya dan tanggung jawabnya sendiri.

Dari berbagai pemikiran eksistensialis: tekanan pada EKSISTENSI PRIBADI sebagai individu adalah yang paling menonjol. Kesamaan manusia hanyalah di hadapan Tuhan, bagi SK.

SK: Soren Kierkegaard

Referensi dari Fuad Hassan

Kebebasan yang Bertanggungjawab [SK]

Hidup bukan seperti yang kita pikirkan, tetapi yang kita hayati. Semakin mendalam penghayatan, semakin berarti. Yang nyata adalah yang rasional dan yang rasional adalah yang nyata merupakan akal pikiran belaka. Dalam ilmu pengetahuan sering ada kesemuan-kesemuan tak bermakna yang diciptakan oleh rasio. Kemampuan rasio yang menjadi jenderal sehingga cuma itu menjadi alat untuk memahami kenyataan. Sehingga yang terjadi di sisi lain adalah kenyataan itu dinyatakan dalam rumus-rumus umum- yang disepakati secara rasio bersama-sama sehingga yang universal adalah benar, bukan yang partikular.

Dalam kasus UU APP maka kebenaran universal lewat wakil-wakil rakyat menjadi benar dan menafikkan kebenaran partikular. Jadi negara berhak membuat moral sebagai pijakan untuk membuat kebenaran umum dan masuk dalam ranah privat masyarakat semisal persoalan seks.

Kebenaran universal berdasarkan rasio itu dipertahankan masyarakat demi keobyektifan. SK menggugat bahwa pangkal tolak pengamatan segala sesuatu itu: bukankah manusia? Manusia sebagai kenyataan subyektif. Titik pangkalnya kembali kepada manusia. Manusia yang membuat pemikiran itu. Subyek yang menjadi eksistensinya. Subyektifitas manusia ini adalah individual.

Eksistensi kita sebagai manusia dengan subyektifitasnya adalah manusia yang konkret dan nyata, bukan yang dipukul rata -massalisasi- dan bukan pula yang obyektif.

Manusia merupakan pengambil keputusan dalam eksistensinya. Apa yang diambil tidak mungkin mantap dan sempurna, karena selalu menghadapi tuntutan untuk mengambil keputusan yang terus menerus. Manusia dihadapkan pada pilihan-pilihan.

Pilihan pertama, menyangkut apa yang baik dan apa yang buruk. Setelah dia menetapkan pilihan diantara keduanya baru keputusan itu menjadi bermakna. Hidup itu berpihak.

Bila manusia itu tidak berani berpihak, maka ia tidak menjalani eksistensinya.

Karena itu untuk memilih dan membuat keputusan, manusia harus bebas. Freedom.

Artinya, ia harus mempertanggungjawabkan dirinya, maka kebebasan untuk memilih dan memutuskan menjadi bermakna pula.

Inilah yang menjadi dasar slogan: Kebebasan yang Bertanggungjawab.

Yang prasyaratnya hadirnya kebebasan untuk mengambil keputusan.

Semua tindakannya tidak lepas dari tanggung jawab sebagai suatu sikap etis bukan sekadar estetis.

[SK] Soren Kierkegaard

Referensi dari Fuad Hassan



SOREN KIERKEGAARD

Menarik melihat Kierkegaard memandang sinis bahwa yang nyata adalah yang rasional dan yang rasional adalah yang nyata. Artinya, apa yang nyata itu harus dikembalikan pada nilai- sesuatu yang tak nyata dan terletak diluar jangkauan akal budi.

Kierkegaard bisa dikatakan sebagai fondasi dari lahirnya aliran eksistensialisme yang semakin memuncak setelah Perang Dunia II. Bagi dia, subyek adalah dasar dari segala pemikiran. Jadi, yang dilihat adalah fakta dari eksistensi individu. Bukan pada sifat individu, juga bukan pada pengetahuan tentang dunia yang ditarik dari sifat individu itu. Bukan merupakan usaha untuk menyimpulkan dengan suatu gagasan yang universal.

Dalam sebuah individu, ada intisari spirit sebagai subyektivitas. Subyektivitas ini yang bagi Kierkegaard bisa berupa penderitaan, keprihatinan, sehingga tanpa subyektivitas maka kebebasan, etis, dan harapan akan pembebasan religius tidak dapat dilampaui.

Alam pikir Kierkegaard dimulai dan diakhiri dari individu yaitu subyektivitas. Nah, yang menarik untuk menjelaskan subyektivitas maka diperlukan sistem tentang eksistensi. Sebaliknya sistem eksistensi tidak mungkin dijalankan karena setiap sistem akan mengabstraksikan apa yang dilihat dari individu; maka dia akan mengingkari yang merupakan arti penting; yaitu eksistensi itu sendiri.

Wah, kalau begini, sama saja kita mencoba mengartikan cinta, justru mana kala kita mengartikan cinta itulah pada saat yang sama arti cinta itu pudar adanya. Jadi, jangan diarti-artikan cinta itu apa, cinta sebagai eksistensi tidak boleh diabstraksikan karena akan kehilangan maknanya. Jadi? Lebih baik di foto aja kali ya, kan foto menggambarkan seribu makna ketimbang abstraksi kata-kata.

Referensi dari Roger Scruton

Senin, 01 Desember 2008

Kemaren malem, Kevin udah melangkah berpuluh-puluh langkah. Satu tahun ya. 
Lebih pede, lebih banyak langkahnya. 
Pencetakan pertama pede.

Minggu, 30 November 2008

Alienasi *****

Erich Fromm, seorang aliran eksistensialis mengatakan bahwa kenyataan manusia muncul dari kerajaan binatang, dari adaptasi naluri, bahwa ia telah mengatasi alam - meskipun ia tidak pernah meninggalkannya; ia adalah bagian dari alam ini namun pada suatu saat ia dibuang dari firdaus - suatu kebersatuan asali dengan alam cherubim dengan pedang menyala menutup jalannya jika ia mau mencoba kembali.

Ketika manusia menemukan cinta, atau lebih tepatnya persamaan cinta, dalam dunia hewan, keterikatannya terutama adalah bagian daripada peralatan naluri; hanya sisa dari peralatan naluri itu dapat dilihat bekerja dalam diri manusia.

Manusia hanya dapat bergerak maju dengan mengembangkan akal budinya, dengan menemukan keserasian baru, keserasian manusiawi sebagai ganti keserasian pramanusiawi yang sudah hilang dan tak bisa diperoleh kembali.

Ketika manusia lahir, bangsa manusia dan juga individu, terlempar dari keadaan pasti, seperti naluri, ke dalam keadaan tak pasti, tak tentu, dan terbuka. Hanya ada kepastian tentang masa lampau- sedang tentang masa depan hanya akan berakhir dengan kematian.

***

Manusia dianugerahi akal budi, sehingga ia menyadari akan kesepian dan keterpisahannya, akan ketidakberdayaannya di hadapan kekuatan alam dan masyarakat, semuanya ini membuat eksistensinya terpisah dan terpecah belah itu menjadi suatu penjara yang tak tertahankan.

Ia akan menjadi gila seandainya ia tidak sanggup membebaskan diri dari penjara ini dan menjangkau keluar, menyatukan dirinya dalam satu atau lain bentuk dengan orang-orang lain, dengan dunia luar.

Demikian Fromm

Minggu, 16 November 2008

Hari ini Kevin sudah dapat berdiri 20 detik dan memulai beberapa langkah. Bukan langkah pertama, tapi sudah beberapa langkah. Catat ya, Vin

Senin, 27 Oktober 2008

Estetika Erotis: Bagian Kedua

Keindahan Ketubuhan

Manifestasi penting keindahan sebagai pengalaman ketubuhan yang mendekati dunia alamiah seperti hewan adalah pengalaman hubungan seks, demikian Faruk HT. Seks itu merupakan pengalaman yang menyenangkan dan menimbulkan hasrat untuk terus mendapatkannya. Kesenangan dan hasrat itu merupakan hasil dari keindahan.


Keindahan sesekali merupakan refleksi dari situasi dan masalah masyarakat sebagai hasil interaksi terus-menerus dengan nilai kebudayaan dan nilai kehidupan lainnya.


Keindahan merupakan terjemahan estetis
pengalaman kejiwaan, pengalaman sosial, atau pengalaman keagamaan seseorang atau sekelompok orang. Artinya, keindahan itu merupakan hasil dari kebudayaan.

Tentu saja, keindahan itu berubah dari waktu kewaktu sesuai dengan perubahan kebudayaan.

Contoh digambarkan oleh Sardono bahwa tari tradisional menguak kunci tentang bagaimana persoalan ekonomi, ekologi, masalah religius atau konflik kejiwaan suatu kelompok etnis mendapat pengungkapannya secara koreografis. Jadi melihat tarian berarti memahami struktur terdalam suatu masyarakat.

Demikian pula melihat seksualitas dari suatu sudut pandang akan terlihat struktur suatu masyarakat. Jadi, seksualitas merupakan hasil interaksi nilai-nilai kehidupan yang tercermin dalam kebudayaan.


Communitization

Akhir-akhir ini Pak Hermawan suka sekali dengan Communitization. Secara offline digambarkan via buku Mangan Ora Mangan Kumpul karyanya Umar Kayam. Secara online digambarkan via Fesbuk (FaceBook) untuk menggambarkan jaringan yang terbentuk.

Jadi ditekankan bahwa pada era marketing sekarang persoalan bukan lagi tentang Segmentasi, Target, dan Posisi dari suatu produk dengan menciptakan Customer Relationship Management yang penuh dengan data-data konsumen tetapi pasif alias data hanya sebagai data mati. Untuk bertahan ada interaksi antara perusahaan dan pelanggannya. Apalagi ditambah dengan kesamaan nilai-nilai (values).

Berandai-andai:

Jadi bila kita mau jual cendol, kita perlu membuat komunitas kuliner pecinta cendol. Wah, menarik juga ya. Nanti kita buat kartu anggota pecinta cendol, kalau beli dengan menunjukkan kartu anggota masih dapet diskon, dan juga sebagai anggota nanti mendapat newsletter tentang perkembangan cendol terkini. Misal, available now, cendol dengan topping strawberry. Nyamnyam....

Nah, kemudian digelar gathering untuk membahas tentang cendol tiap bulan dan disediakan alamat email untuk memberi masukan, cendol seperti apa yang diinginkan pelanggan.

Setiap setengah tahun diadakan seminar: Cendol: kuliner genuine masyarakat: akar sejarah dan budaya, yang menengahkan bahwa penikmat cendol ini secara budaya merupakan orang-orang yang cinta tanah air, karena lidahnya sangat indonesia.

Terus digelar juga ekhibisi ke kota-kota untuk memperkenalkan cendol baru. Di buka gerai-gerai di tiap kabupaten, dibentuk komunitas pecinta cendol. Brand Image diangkat setara dengan Starbucks: pour your heart into cendol.

Nah loh.

Kamis, 02 Oktober 2008

Estetika Erotis: Bagian Pertama

Bagian Pertama

Norma dalam menakar seks?

Situasi kontemporer memaparkan dunia perbatasan. Moral yang berada di tengah atau moral abu-abu. Dunia yang belum lepas dari tradisi lama namun belum mencapai kemapanan nilai. Moral abu-abu ini membuat kegamangan tentang mana yang baik dan yang tidak.

"Umur 13 sudah berhubungan intim dengan teman sekelas. Sejak itu tidak mau lagi pacaran serius. Gonta-ganti cowok dan berhubungan intim hanya untuk senang-senang saja...."

"Saya sering bolos. Nongkrong di cafe terus lanjut ke hotel. Kalau sudah on saya punya kebiasaan tripping di pangkuan orang, nggak peduli cowok atau cewek."

"Kegadisanku hilang di Sydney. Setelah itu kerajingan untuk bersebadan."

"Lampu dim, masuk mobil. Seks, oke. Easy going, karena virginitasnya sudah terlanjur dicaplok pacarnya. Hanya untuk uang taksi dan belanja sedikit di toko, kebutuhan sehari-hari, baju atau apa saja, ia rela dibawa."
(Kompas, 29 September 1996)

Lagi-lagi perempuan sebagai contoh, ya.

Nah, kalau gitu lanjut tentang iklan perempuan di media.

Ini menjadi Manajemen Tubuh

Kata Ade Armando, tubuh perempuan menyangkut ukuran, bentuk, dan keserasian lebih penting daripada kualitas kemanusiaan ketika itu menyangkut media, agar media laku. Perempuan adalah santapan minat visual pria. Sejarah menunjukkan bahwa tidak ada kejenuhan terhadap ketelanjangan, tetapi butuh variasi-variasi ketelanjangan yang lain. Turunan dari ketelanjangan-ketelanjangan.

Hidup konsumen menciptakan kebudayaan hawa nafsu untuk kekayaan, popularitas, kekuasaan, dan seks. Inilah Ekonomi Libido, kata Baudillaurd.

Bagaimana menakarnya?

Seks dalam konteks norma patut dilihat sebagai keangkuhan kaum victorian, demikian kata Foucault. Maka seks itu tabu, dilarang membicarakannya, menutup mata, menyumbat telinga.
Represi untuk memaksakan kebungkaman menyeluruh dan patuh.

"Yasmin, aku tak tahu lagi apakah masih ada dosa. Seks terlalu indah. Barangkali karena itu Tuhan begitu cemburu sehingga Ia menyuruh Musa merajam orang-orang yang berzinah?"
(Ayu Utami, Saman,1998)

Senin, 29 September 2008

Membaca Hermawan

Untuk mengasah dan mengingat-ingat kembali Marketing, maka saya mencoba untuk "membaca Hermawan" yang kolomnya muncul di Kompas Cetak dan memberikan pendapat-pendapat saya pribadi.

Kamis, 18 September 2008

Benarkah Kematian adalah Akhir Eksistensi?

Kematian adalah keniscayaan. Tetapi apakah kematian adalah sebuah hak?

Kembali ke titik awal. Hidup adalah sebuah eksistensi. Maka banyak yang memperjuangkan kehidupan supaya tetap hadir dan berada.

Ketika kehadiran itu sudah kehilangan raison d'etre sebagai sebuah alasan kehadiran menjadi kabur seperti rasa sakit, kehilangan harapan, kesulitan ekonomi, atas nama cinta yang lebih luhur daripada nyawa, apakah eksistensi itu masih perlu.

Baiklah, seandainya diputuskan bahwa mati adalah solusi, mengakhiri sebuah eksistensi. Keputusan telah dibuat.

Apakah kita masih hadir? Apakah hutang-hutang dan dosa-dosa kita terhapuskan? Apakah legacy kita ikut musnah? Tidakkah "keterkenalan" kita entah itu famous atau notorius juga hilang?

Ya, secara fisik, eksitensi kita selesai. Tetapi jiwa, hati, roh, sikap, perbuatan....

akankah ber-reinkarnasi......?

mungkin kita meninggalkan sikap-sikap dan filosofi kepada anak-anak?
"seperti teh dalam gelas yang jatuh ke lantai...... berserak... toh dia tetap teh.. yang kalau dikumpulkan kembali dalam suatu gelas....dia masih merupakan teh......"
demikian sikap-sikap, roh, filosofi, kultur.

Jadi siapakah yang memiliki eksistensi?

Rabu, 03 September 2008

Life is living love.

Pada suatu kala,
dimana para batu tertumpuk,
terserak di mana saja.

Tas ransel penuh dengan bekal,
berat,
bukan menambah aman,
tapi menambah pikulan.

Pikiran mencoba menata,
karna penuh,
manajemen inspirasi menjadi kata,
yang diam,
tak berkata.

Seperti sebuah game,
kita tidak diberi jeda,
tapi level bertambah.

Konsentrasi.
Fokus.

Tak terpikir yang lain,
otomatis
terbengkalai.

Sebuah game,
yang memberi rintangan,
tidak peduli,
jari cuma sepuluh.

Badan ikut kanan kiri,
pikir bisa mengubah game pad.

Cape deh.

So, lentera jiwa seperti apa.

Mengapa mau?

Kita bekerja untuk apa?
Bersusah menghadapi game ini buat apa?
Kejenuhan ini untuk siapa?

Hidup adalah untuk menghidupi cinta.

Bila waktu telah tiba,
Aku bertanya:

apa yang kau katakan
di detik terakhir?

Bila saja,
aku kaya.
aku terkenal.

Apa yang ku kata?

Kenistaan?
Jabatan?
Achieving life?

Minggu, 24 Agustus 2008

36 Tahun di Dunia

Dear All,

menarik bukan kalau kita sudah cukup lama menghuni dunia ini.

Semasa kecil, kita melihat angka 36 itu merupakan angka yang luar biasa.

Kita masih berpikir tentang masa depan yang terentang panjang.

Masih punya cita-cita.

Itu kalau kitat di umur sepuluhan tahun.

Bila itu berlipat tiga;

apa yang ada di benak kita?

Lelah?
Cita-cita?
Semangat?
Penyesalan?
Keinginan yang belum terlaksana?

Hari ini adalah hari memulai.

Dari remah-remah yang kecil,
kita kumpulkan.
Lelah,
tapi kita bisa melihat hasil.

Minggu, 20 Juli 2008

8 Juli 2008: I Quit [keluar dari D1 BI]

Hari Selasa, 8 Juli 2008 kami memutuskan keluar dari mainstream yaitu mengundurkan diri dari D1 Beta Indah. Dengan demikian hubungan resmi dengan XL berakhir sudah.

Hari Terakhir Pembangunan Ruko TalangKapuk

Hari Selasa, 15 Juli 2008 merupakan hari terakhir secara resmi bangunan di Talang Kapuk selesai.

Senin, 30 Juni 2008

Halo Aron: sebuah cita-cita

Halo Aron,
sebentar lagi Aron mau masuk SD.
Harus bangun lebih pagi lagi.
Setelah punya Kevin, maka Aron akan lebih rajin dalam belajar.

Mungkin Aron punya sebuah cita-cita kecil ketika masuk ke SD.

SD adalah kawah baru yang akan menjadi kenangan selamanya.

Selamat masuk SD, Aron.

Keeping smiling.

Minggu, 22 Juni 2008

Nama Anakku

Aaron Bengawan Abadimoksa (Aaron Moksa) ; cahaya yang mengalir menuju kebebasan abadi Gabriel Rangin Natajaya (Kevin Rangin) ; pelindung dan pemimpin yang cerdas mengatur kejayaan Benedict Tanamberi Lee (Ben Lee) ; Kebajikan yang diberkati, ditanam, dan diberikan dari keluarga

Kamis, 29 Mei 2008

Kenangan akan Kekerasan

Tanggal 24 Mei 2008 akan dikenang sebagai kekerasan fisik yang dilakukan aparatus militer.
Penindasan ini aku rayakan dalam hingar bingar.

Senin, 26 Mei 2008

Tragedi 13 Mei dan Cluster Area XL

13 Mei merupakan hari terakhir untuk penjualan dompet pulsa lintas area. Setelah itu kekuasaan area dimonopoli oleh satu dealer. Ini sebagai catatan saja:
Kapan sistem distribusi ini akan bertahan.

Kita tunggu saja.

Sabtu, 19 April 2008

70 Tahun SMP Santo Yosef Lahat

Memaknai 70 Tahun SMP Santo Yosef Lahat

Rasanya sayang bila 70 tahun dilewati begitu saja. Angka 70 itu merupakan angka luar biasa bagi sebuah sekolah. Seumur-umur sekolah, cuma sekolah satu ini yang umurnya begitu panjang. SMA yang kulalui saja, tahun ini baru berumur 60 tahun. Apalagi universitas swasta yang kujalani, baru dalam digit kecil, juga universitas negri satu lagi yang kujalani juga umurnya tidak setua 70 tahun. Jadi saya membayangkan, betapa misi Santo Yosef di Lahat sudah diemban begitu lama. Ini sebuah angka luar biasa untuk dedikasi pendidikan.

Lahat sebenarnya dari dulu sudah diperhitungkan sebagai kota pendidikan. Santo Yosef (yang murid-muridnyo kito sering sebut Budak Santo Yosef –Sty) memiliki nama besar di Sumatera Selatan. Saya rasa semua rata-rata pasti mengenal Santo Yosef Lahat bila bermukin di Sumatera Selatan. [BTW, saya tidak tahu kalau kondisi mutakhir sekarang, setidaknya di jaman saya Santo Yosef belum ada duanya di Lahat]

Pada waktu dulu banyak teman-teman yang bukan dari Lahat tinggal di Lahat hanya untuk dapat sekolah di Sty. Dulu masih ada Asrama Laki-Laki St. Pius di Gereja Katolik St. Maria dan Asrama Perempuan Maria Goretti di dekat TK. [Setahu saya St. Pius sudah tidak ada lagi, dan Maria Goretti pun mungkin sudah jadi tempat tinggal suster ya?]

Dulu masuk ke Sty, ya jelas karena itu satu-satunya pilihan terbaik. Secara tradisional semua di keluarga saya pasti masuk Sty. Pun nyatanya sekarang anak saya pun masuk TK Sty. Semua masuk Sty, dan lucunya lagi semua saudara saya tidak ada yang lulus dari SMA Santo Yosef. Jadi kami semua sekeluarga adalah alumnus SMP Sty bukan SMA Sty.

Kembali memaknainya; ketika bermain kembali ke sekolah, saya melihat Sty yang sama persis dengan Sty yang saya lalui mungkin 20 tahunan yang lalu. Secara fisik tidak ada perubahan yang mendasar. Tapi saya sendiri tidak tahu apakah sarana fisik seperti perpustakaan, laboratorium baik fisika, biologi, sosial, atau bahasa sudah hadir di sana. Kadangkala sarana-sarana seperti itu sangat membantu pendidikan- selain juga ekskul- untuk menuju Sty yang “strive for excellent”. Tentu saja ini berorientasi supaya murid Sty selalu memiliki pendidikan yang sukses secara akademis.

Selain sukses akademis yang mungkin juga berbuntut pada sukses karir, pendidikan tidak serta merta persoalan nilai rapor. Dibalik itu adalah roh pendidikan itu sendiri. Sebenarnya apa yang saya tangkap dari roh pendidikan di Sty?

Pembinaan kepribadian. Selama di Sty setidaknya saya mengerti bahwa kita hidup bukan sendirian. No man is an island. Ada orang dan lingkungan sekitar kita. Buat apa kita sukses, tetapi itu adalah kebanggaan sendiri. Tidak perlu kita menjadi orang sukses bergelimang harta, setidaknya kita sukses untuk peduli minimal bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan kalo bisa masyarakat. Kita cukup jadi orang biasa saja, tapi bertanggung jawab untuk diri dan orang lain. Man for others.

Keunikan apa yang bisa kita lihat lagi dari sekolah yang disebut Sty itu? Mungkin teman-teman bisa share kan lagi bersama.

Secara internal baru itu yang bisa diomongin. Secara eksternal, maka kita bicara alumni.

Saya tidak tahu apakah sudah ada Ikatan Alumni? Walaupun sering sebuah ikatan alumni itu sebagai macam ompong, tetapi sebagai sebuah wadah iluni mestinya sesuatu organisasi yang dibutuhkan. Kalau bilang kata, yang penting wajannya ada dulu, baru dipikir mau masak apa.

Kalau toh sudah ada, adakah database mutakhir dari alumni-alumni. Misalnya sekarang ada di mana, kerja di mana, dsb. Setidaknya secara statistik kita bisa tahu, lulusan Sty ini pada mblandang ke mana aja. Ke kota mana saja. Preferensi kuliahnya ke mana aja. Kalau dari observasi awal kebanyakan lulusan Sty banyak lari kalau tidak ke Palembang ya ke Jakarta. Mengapa cuma sekian persen yang lari ke Yogya atau Surabaya misalnya untuk preferensi kuliahnya.

Sebagai perbandingan misalnya, sebagian besar dari alumni SMA saya banyak mengambil pendidikan lanjut di kota yang sama yaitu di Yogyakarta. Preferensi utama adalah UGM bila gagal maka akan mengambil Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selanjutnya sebagian memilih Universitas Parahiyangan Bandung atau Universitas Petra Surabaya. Sedikit yang mengambil kuliah di Jakarta, misalnya, dengan alasan jauh dari tempat tinggal yang di Yogyakarta. Tetapi ketika kerja, maka sebagian besar memilih Jakarta sebagai tempat bekerja karena koneksi atau teman-teman sebagian besar ada di Jakarta. Dan teman menjadi alasan penting sebagai networking. Jadi networking merupakan kata kunci yang penting bagi alumni.

Berdirinya Milis Sty ini merupakan anugerah yang tak terkira sebagai komunitas dan komunikasi. Walau mungkin yang rajin mengisi sedikit, setidaknya banyak juga yang memonitor. Kalau bisa jumlah member di perbanyak. Kerjasama dengan pihak sekolah untuk melacak alumni-alumni yang ada. Bila perlu bagaimana Milis ini bisa segera dikenali oleh alumni yang lain, misalnya pasanglah badge/banner sebagai link ke milis ini di blog atau web milik kita. [Boz-boz yang pinter IT mungkin bisa nolong, aku dewek dak keruan caronyo. BTW, Sty udah punyo web sendiri belum seh?]

Akhirulkalam, mau kemanakah Sty diusianya yang sudah luar biasa ini?

Mari Bicara!!

Wassalam,

WeWe SMP’87

Kamis, 10 April 2008

Pagi Penuh Berkah

Hari ini aku mendapat ceramah. Ada beberapa kata kunci: Melly Gantung, Tidak Fokus, Bahasa Nyeleneh, Atraktif.

Ya, justru di dalam kekurangan i tulah berkah itu hadir.

Wassalam.

Seksualitas dalam Genggaman HP

Seksualitas dalam Genggaman HP

Luar biasa akhir-akhir ini. Kita bisa melihat ranah privat di ruang publik di mana-mana. Tidak Cuma sekelas mahasiswa tapi siswa sekalipun sudah pandai ber ekhibisionist lewat lensa mungil di HaPenya.

So, mau bicara moral?

Ah, basi……

Situasi kontemporer berubah dengan pesat dan mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Keren bo….. tech terkini, kok kagak kita manfaatin. Mumpung tuh bisa jadi artis sesaat….. publikasi….. ekshibisi…… gue bisa nonton kamu, kamu bisa nonton aku. Jadi kita tonton-tontonan….

Penilaian baik atau buruk akhirnya berubah. Kita ragu akan nilai lama, tapi kita juga tidak dapat merumuskan nilai baru.

Abu-abu.

Jadi kepriben kiye.

Bagaimana neh aku dapat bersikap kritis dan rasional. Aku mampu membentuk pendapatku sendiri. Terlebih bila aku lagi akil baliq. Bengong dah.

So, aku harus bersikap apa?

Papa… mama ….tolong dong.

Beliau-beliau aja bingung.

Jadi spiritualitas apa yang kita pegang?
Spritualitas yang mencintai seks?
Penyakit yang menganggap seks hanya urusan orgasme kesyahwatan belaka?
Daging melecehkan roh?
Atau roh melecehkan daging?
Ketubuhan atau kerohan?

Kalau etika mampu menjawab ini, bagaimana dia membantu aku yang abu-abu ini untuk bisa otonom dan mempertanggungjawabkan perbuatan aku sendiri, sementara aku sendiri tidak yakin dengan keputusannya.

Kenape Nasib Tetangga Lebih Baik dari Kite?

Ketika Kemalangan Menimpa Orang Saleh

Menanggapi Kushner (Kanisius:1987) menarik juga. Beliau cerita, bagaimana kita harus memandang sebuah bencana manakala justru terjadi pada orang-orang yang baik. Mengapa orang baik yang lebih cepat meninggal dan seringkali hal yang buruk terjadi pada orang baik, justru orang jahat tidak.

[Kalau begitu mending jadi bandit aja ya. Toh, kalo besok kita jadi orang baik, orang marfhum dan terima, ketimbang sebaliknya, akan lebih dihujat habis-habisan. Atau sekalian aja nunggu penebusan tiba-tiba – seperti pada kasus penjahat yang disalib bersama Yesus- langsung masuk surga hari itu juga, padahal hari sebelumnya dia itu durga]

Kushner ini mengatakan bahwa sebenarnya Tuhan tidak turut campur lho dalam penderitaan itu. Kalo kemudian ada perang di dunia, itu bukan karena Tuhan menghendaki, tapi dasar manusianya aja doyan perang. Kalo sekararng lagi ribut tentang global warming, itu emang salahnya manusia menghasilkan emisi. Kalo manusianya pintar mestinya pemimpinnya di masa lalu perhatian dong ama lingkungan.

Jadi penderitaan itu adalah nature alamiah, bukan karena perjudian Tuhan dengan nasib manusia, ataupun bukan karena Tuhan tidak melempar dadu tetapi sebagai grand design Tuhan. Tidak, Tuhan tidak mendesain bahwa si A akan jadi pesuruh, karena sebagai sebuah system dari grand design dia di takdirkan jadi pesuruh. Dan teman sesame kuliahnya si pesuruh, ternyata jadi juragan tembako di Temanggung karena memang sudah nasibnya dari sono dia digariskan untuk jadi sodagar.

Wah, kalo emang kayak gitu kita semua mau apply untuk jadi sodagar aja.

Tetapi….

Kita tahu dan kita harus terima bahwa dunia ini tidak adil. Dan tak akan pernah adil.

Permasalahannya adalah kenapa gue jadi pesuruh secara nature padahal gue udah kerja dengan darah, keringat, dan air mata. Selain itu bukan aja kerja keras tapi juga udah kerja pintar. Tapi kenapa nasib teman sekolah SMA ku jauh lebih baik dari aku, misalnya. Jalan-jalan keluar negeri. Kantor ber AC. Gaji dua digit, malah hamper tiga digit. Kalo aku gaji gigit….jari.

Mengapa?

Toh aku tidak kurang naturenya, aku kendalikan variablenya supaya yang nature itu mendukung (semesta mendukung), aku udah atur-atur supaya aku kepepet-pepet biar daya kreatifitas aku meletup-letup dan kekuatan senantiasa menyertaiku.

Nyatanya, tetanggaku pula yang jauh lebih berejeki?

Nah, lho.

[karena hari udah malem, gue masih harus nemenin tidur anak gue, besoooook aja lanjutin lage ya.]

Rabu, 09 April 2008

Banyak Penjahat di Dunia

Hari ini menegangkan. Seseorang aparatus telah mengocar-ngacirkan keadaan. Beliau adalah salah seorang broker ternyata. Susah berurusan kalo begini caranya.

Selasa, 08 April 2008

Hari Ini, Hari Memulai

Dari seribu tujuan, dari seribu keingingan, hanya satu: mulai dari langkah pertama. Akhirnya, seperti orang katrok dan gatek, hari ini aku punya blog sendiri. Kalian taulah sendiri, tinggal di kota kecil, mana lagi di Indonesia, kapan bisa on line sewaktu-waktu dengan biaya rendah.

Jadi setelah sekian lama, dimulai langkah pertama saya. Jadi saya minta dukungan, kunjungi, baca, kunjungi, baca, dan komentarilah. Seperti artis, tanpa fans seperti kalian, apalah daku. Whakakakaka.